Rabu, 10 April 2019

Nothing!

Mungkin lebih baik begini, menyendiri di sudut ruang ini. Menikmati kesendirian, bertemankan kesunyian. Sepi. Tak banyak yang bisa ku lakukan untuk membunuh waktu. Tidur sekarang adalah kegiatan terfavoritku. Biar begini saja..

Rabu, 13 Maret 2019

Aku (sekali lagi)mengecewakan!

Tiba di ujung jalan yg membuat resah. Seakan menuntut kalah padahal aku belum menyerah. Biar sampai remuk, pilu, tersingkir hujat menderu. Yg aku tuju telah ku pilih dan akan terus kutapaki.

Kamis, 01 Desember 2016

Curhat.

Sekali lagi aku kembali pada bait dimana diam lebih bermakna dibanding banyak kata. Tak juga berarti tanpa berbuat apa-apa. Bagiku, cukup tau saja. Adanya asap memang tak mungkin jauh dari api. Mencoba memahami segala kemungkinan yang bakal terjadi dan berpikir andai yang itu terwujud, tak hanya sekedar mimpi. Aku hanya seorang kerdil yang kekanakan dan mencoba lepas dari predikat labil seperti yang mereka sangkakan. Yang ku lakukan adalah wujud usaha biar tak hanya isapan jempol belaka. Semakin aku nikmati, semakin dia menjalari, seakan hendak menguasai diri biar tak fokus pada yang lain lagi. Raga mulai lunglai, lemah berdiri pada kaki. Sejenak ingin rebah, pejamkan mata dan menghilang dari kenyataan lalu menepiskan segala ragu dan tak perlu peduli dengan apa yang di masa depan. Jadi, yang hari ini akan aku jadikan pelajaran. Dan yang kemarin itu sungguh menggugah perasaan. Sekedar berharap esok akan lebih jelas dan nyata meski harus perlahan. Aku sudah lelah, maka ijinkanlah aku bersandar dan melepaskan penat hingga bahagia saja, tak perlu memikirkan yang seharusnya.

Rabu, 23 November 2016

Pasrah.

Aku kehabisan kata. Aku kehabisan cara. Entah bagaimana lagi harus menjalani. Tak paham kapan ini ku awali, tapi nyatanya memang harus segera diakhiri.
Tak banyak yang bisa ku jelaskan. Tak sebanyak yang bisa ku rasakan. Andai tatap saja cukup, tentu rentetan kata tak perlu ku ucapkan. Biar tetap mengendap dan tersimpan rapi tanpa ada seorang yang perlu mengerti.
Aku tau ini tak semestinya. Aku tau ini tak seharusnya. Memang tak baik jika ku teruskan, biar saja berhenti di sini dan jadi sebatas kenangan. Meski hati masih ingin bertahan, tapi yang menjadi harapan lagi-lagi tak sesuai kenyataan. Apa daya tangan tak sampai meraih angan, sekedar bermimpi untuk tetap beriringan. Memang akan selalu ada cara, tapi terkadang tidak pada jalan yang sama.
Rangkaian kata tanpa makna tak berarti dan tak menjelaskan apa-apa. Hanya kesendirian dan penat yang kembali menyapa. Mengajakku sejenak menepi sebelum memulai kembali. Apa yang selanjutnya tentu tetap menjadi rahasiaNya, yang ku mampu hanya berusaha. Semoga akan ada jalan dari segala rumit yang mendera.

Selasa, 22 November 2016

Dia.

Aku menemukan lagi dia. Dia, seorang pria, yg menjelaskan tanpa banyak kata, yg menyentuh dengan hangatnya, dan mengingatkan aku rasanya menjadi satu dalam hubungan yg mesra.
Aku memang sudah hampir lupa bagaimana ketika jiwa yg sendiri merasakan lagi disanding dan dimiliki. Sekian waktu yg ku lalui seakan berhasil menghapus banyak memori, terkhusus mengenai apa itu yg mereka sebut cinta dan memiliki. Nyatanya yg ku jalani hanyalah sekedarnya saja, secukupnya, dan datar alurnya. Hingga entah bagaimana awalnya sampai aku merasakan ada keinginan dalam jiwa yg seakan memberontak menjalari seluruh raga.
Dia, yg aslinya berhasil memiliki hatiku. Dia, yg akhirnya mencuri perhatianku. Dia, yg dengan caranya menyentuhku. Aku suka.
Hanya saja entah akan bertahan lama ataukah hanya sementara. Jika diperbolehkan, yg kuinginkan selamanya. Dia.. Bersamaa dia, dan hanya dia. Meski aku tau tak akan ada lagi waktunya.

Senin, 13 Juni 2016

kepada: Tuhanku.

Untuk kesekian kali aku merasa jatuh dan lemah lagi. Lemah terhadap ego orang lain yg seakan terus saja menekanku. Seperti tak berharga apa-apa di matanya. Atau bahkan mungkin aku tidak dianggap ada. Ini tidak melulu soal cinta. Yg aku tau ini lebih menyiksa dan membuat hati lara. Aku tidak bermaksud menangis kali ini, hanya saja aku tak paham harus lewat apa mengungkapkan sedih hati selain dengan kata-kata. Terlalu sempit ruangku untuk memahami maksud atau tujuan kelakuan yg begitu itu. Hampir sesak pikiranku. Jika saja aku bisa, ingin seharian ini berdiam diri dalam gua, bersahabatkan gelap dan sendiri, mencoba menenangkan diri. Ah, Tuhanku. Bolehkah aku sedikit memaksakan kehendakku pada garis takdirMu? Ingin sekali rasanya berdiri tegak dengan kakiku sendiri tanpa himpitan keharusan dan aturan yg seakan mengikat dan tak boleh disanggahkan. Tunjukkan jalur mana yg harus ku pilih, tuntun langkahku menapaki yg Kau gariskan. Tangguhkan aku, Tuhan, supaya jangan lagi aku jatuh dan lemah. Engkaulah sandaranku, Engkau bentengku. Dalam Engkau aku takkan kekurangan.

Jumat, 10 Juni 2016

(bukan)Kesalahan yg sama.

Salam dari jauh kawan lama yg masih tersisa. Kabar kalian ku harap selalu baik-baik saja. Tak ada lagi yg bisa ku lakukan selain melalui doa. Keadaan seakan memaksa semuanya berubah dengan cepat dan tak sesuai asa. Inginku dari dulu tetap sama, andai masih bisa aku tetap ingin saling menyapa, bercanda, dan berbagi cerita. Meski sepertinya tak akan lagi ada.

Awal tahun ini adalah bulan-bulan penyembuhanku. Masa-masa pemulihan dari lara yg menggerogotiku. Sedikit demi sedikit dan pelan, tapi pasti. Banyak hal tak terduga yg menyapa, seperti ingin melengkapi usaha lepas dari masa yg lama. Sedikit banyak kalian tau apa yg terjadi, dan sungguh itu tak ingin ku ulangi. Tak ingin ku ingat lagi dan tak perlu dibahas kembali.

Tentang dia, orang lama, pun akhirnya ku sadari batasnya. Sudah ku jumpa dan nyatanya hanya sebegitu saja. Tak bisa lebih dari yg pernah ada, porsinya tetap sama. Meski beberapa usaha dilakukannya namun hati tetap tak memilihnya. Meski lagu pernah tercipta tapi tetap tak mempengaruhi apa-apa.

Tentang diriku sendiri, yg masih betah menyendiri, mungkin belum saatnya berdampingan dengan seseorang. Bukan karena yg lalu masih terbayang, justru semuanya sudah hilang. Sudah ku hapus dan sudah ku buang. Biar saja yg tak mengerti itu menuduh tak tau terima kasih, toh yg ku alami mereka tak paham seberapa perih. Karma akan tetap ada, dan siapa yg menanam dia yg akan memanen hasilnya.

Sekali lagi biar waktu yg menjawab jika masih ada pertanyaan. Biar masa yg menjelaskan hal yg belum aku terangkan. Setidaknya yg ku lakukan sudah cukup menunjukkan, aku sudah kembali dan tak akan kalah lagi.

Aku yg sekarang adalah aku sebelum kenal mereka. Sudah kembali seperti sedia kala dan tak akan ku ulangi kesalahan yg sama. Tinggal sekarang bagaimana menyusun ulang rencana untuk masa depan yg lebih bahagia. Entah dengan siapa nanti aku lewati semua, yg jelas tujuan sudah ada. Terserah Tuhan saja bagaimana mengaturnya supaya harapanku menjadi nyata. Semoga sesuai kehendakNya, itu saja.