Rabu, 13 Maret 2019

Aku (sekali lagi)mengecewakan!

Tiba di ujung jalan yg membuat resah. Seakan menuntut kalah padahal aku belum menyerah. Biar sampai remuk, pilu, tersingkir hujat menderu. Yg aku tuju telah ku pilih dan akan terus kutapaki.

Aku tidak lagi memaksakan kehendak. Saat ini hanya sedang mengikuti arus dimana jika ku lawan hanya akan membuat aku karam. Atau mungkin justru aku pasrah tenggelam meninggalkan lautan pilunya jiwa yg terlanjur kelam.
Tidak ada yg tau mengenai jalan esok dan apa yg ditemui. Tapi yg aku tuju tak lain hanya bagaimana menikmati hidupku saat ini.

Adakah aturan yg aku langgar? Hukum pun masih kutaati. Tapi mungkin menurut para penuntut, ini adalah suatu kesalahan fatal yg tak seharusnya dilakukan seorang aku. Lalu tak bisakah berkaca terlebih dahulu sebelum menghakimi? Bahkan jika aku memang yg rendah dan tak lebih baik dari mereka yg lebih baik itu, lalu apa?

Aku memang belum menjadi yg taat. Aku hanya sedang belajar taat.

Aku tidak meninggalkan dan menanggalkan apapun. Aku hanya berganti cara.
Itu saja.

Kemudian aku melihat guratan amarah bak siap menyusupkanku ke lara terpilu. Tiap goresnya seakan memperlihatkan bahwa aku tak pantas maju. Bahkan untuk menjadi diri sendiri saja aku kaku. Harus ini itu seperti upik abu. Menurut dan harus mau.

Jika aku bukanlah yg layak dibanggakan, biarkan aku menjadi awan yg bebas dan tenang. Lalu dari sini akan ku tatap seperti apa yg layak mereka banggakan itu.
Biar.

0 komentar:

Posting Komentar