Senin, 13 Juni 2016

kepada: Tuhanku.

Untuk kesekian kali aku merasa jatuh dan lemah lagi. Lemah terhadap ego orang lain yg seakan terus saja menekanku. Seperti tak berharga apa-apa di matanya. Atau bahkan mungkin aku tidak dianggap ada. Ini tidak melulu soal cinta. Yg aku tau ini lebih menyiksa dan membuat hati lara. Aku tidak bermaksud menangis kali ini, hanya saja aku tak paham harus lewat apa mengungkapkan sedih hati selain dengan kata-kata. Terlalu sempit ruangku untuk memahami maksud atau tujuan kelakuan yg begitu itu. Hampir sesak pikiranku. Jika saja aku bisa, ingin seharian ini berdiam diri dalam gua, bersahabatkan gelap dan sendiri, mencoba menenangkan diri. Ah, Tuhanku. Bolehkah aku sedikit memaksakan kehendakku pada garis takdirMu? Ingin sekali rasanya berdiri tegak dengan kakiku sendiri tanpa himpitan keharusan dan aturan yg seakan mengikat dan tak boleh disanggahkan. Tunjukkan jalur mana yg harus ku pilih, tuntun langkahku menapaki yg Kau gariskan. Tangguhkan aku, Tuhan, supaya jangan lagi aku jatuh dan lemah. Engkaulah sandaranku, Engkau bentengku. Dalam Engkau aku takkan kekurangan.

Jumat, 10 Juni 2016

(bukan)Kesalahan yg sama.

Salam dari jauh kawan lama yg masih tersisa. Kabar kalian ku harap selalu baik-baik saja. Tak ada lagi yg bisa ku lakukan selain melalui doa. Keadaan seakan memaksa semuanya berubah dengan cepat dan tak sesuai asa. Inginku dari dulu tetap sama, andai masih bisa aku tetap ingin saling menyapa, bercanda, dan berbagi cerita. Meski sepertinya tak akan lagi ada.

Awal tahun ini adalah bulan-bulan penyembuhanku. Masa-masa pemulihan dari lara yg menggerogotiku. Sedikit demi sedikit dan pelan, tapi pasti. Banyak hal tak terduga yg menyapa, seperti ingin melengkapi usaha lepas dari masa yg lama. Sedikit banyak kalian tau apa yg terjadi, dan sungguh itu tak ingin ku ulangi. Tak ingin ku ingat lagi dan tak perlu dibahas kembali.

Tentang dia, orang lama, pun akhirnya ku sadari batasnya. Sudah ku jumpa dan nyatanya hanya sebegitu saja. Tak bisa lebih dari yg pernah ada, porsinya tetap sama. Meski beberapa usaha dilakukannya namun hati tetap tak memilihnya. Meski lagu pernah tercipta tapi tetap tak mempengaruhi apa-apa.

Tentang diriku sendiri, yg masih betah menyendiri, mungkin belum saatnya berdampingan dengan seseorang. Bukan karena yg lalu masih terbayang, justru semuanya sudah hilang. Sudah ku hapus dan sudah ku buang. Biar saja yg tak mengerti itu menuduh tak tau terima kasih, toh yg ku alami mereka tak paham seberapa perih. Karma akan tetap ada, dan siapa yg menanam dia yg akan memanen hasilnya.

Sekali lagi biar waktu yg menjawab jika masih ada pertanyaan. Biar masa yg menjelaskan hal yg belum aku terangkan. Setidaknya yg ku lakukan sudah cukup menunjukkan, aku sudah kembali dan tak akan kalah lagi.

Aku yg sekarang adalah aku sebelum kenal mereka. Sudah kembali seperti sedia kala dan tak akan ku ulangi kesalahan yg sama. Tinggal sekarang bagaimana menyusun ulang rencana untuk masa depan yg lebih bahagia. Entah dengan siapa nanti aku lewati semua, yg jelas tujuan sudah ada. Terserah Tuhan saja bagaimana mengaturnya supaya harapanku menjadi nyata. Semoga sesuai kehendakNya, itu saja.