Rabu, 23 November 2016

Pasrah.

Aku kehabisan kata. Aku kehabisan cara. Entah bagaimana lagi harus menjalani. Tak paham kapan ini ku awali, tapi nyatanya memang harus segera diakhiri.
Tak banyak yang bisa ku jelaskan. Tak sebanyak yang bisa ku rasakan. Andai tatap saja cukup, tentu rentetan kata tak perlu ku ucapkan. Biar tetap mengendap dan tersimpan rapi tanpa ada seorang yang perlu mengerti.
Aku tau ini tak semestinya. Aku tau ini tak seharusnya. Memang tak baik jika ku teruskan, biar saja berhenti di sini dan jadi sebatas kenangan. Meski hati masih ingin bertahan, tapi yang menjadi harapan lagi-lagi tak sesuai kenyataan. Apa daya tangan tak sampai meraih angan, sekedar bermimpi untuk tetap beriringan. Memang akan selalu ada cara, tapi terkadang tidak pada jalan yang sama.
Rangkaian kata tanpa makna tak berarti dan tak menjelaskan apa-apa. Hanya kesendirian dan penat yang kembali menyapa. Mengajakku sejenak menepi sebelum memulai kembali. Apa yang selanjutnya tentu tetap menjadi rahasiaNya, yang ku mampu hanya berusaha. Semoga akan ada jalan dari segala rumit yang mendera.

Selasa, 22 November 2016

Dia.

Aku menemukan lagi dia. Dia, seorang pria, yg menjelaskan tanpa banyak kata, yg menyentuh dengan hangatnya, dan mengingatkan aku rasanya menjadi satu dalam hubungan yg mesra.
Aku memang sudah hampir lupa bagaimana ketika jiwa yg sendiri merasakan lagi disanding dan dimiliki. Sekian waktu yg ku lalui seakan berhasil menghapus banyak memori, terkhusus mengenai apa itu yg mereka sebut cinta dan memiliki. Nyatanya yg ku jalani hanyalah sekedarnya saja, secukupnya, dan datar alurnya. Hingga entah bagaimana awalnya sampai aku merasakan ada keinginan dalam jiwa yg seakan memberontak menjalari seluruh raga.
Dia, yg aslinya berhasil memiliki hatiku. Dia, yg akhirnya mencuri perhatianku. Dia, yg dengan caranya menyentuhku. Aku suka.
Hanya saja entah akan bertahan lama ataukah hanya sementara. Jika diperbolehkan, yg kuinginkan selamanya. Dia.. Bersamaa dia, dan hanya dia. Meski aku tau tak akan ada lagi waktunya.